23.11.09

Rarity

Keterkadangan
Datang ia bertandang
Walau dalam terang
Bayang terhoyong-hayang

Bila angin tiba-tiba mendatang
Terbang sekali melayang
Hilang bayang
Membawa sekali sayang

Yang tinggal hanya:





Sekilas pandang

(Refugee)

Tepat dihadapan muka
Terpacak mara bahaya
Tersenyum sinis hilai ketawa
Oh tidak!! Boleh bikin bencana

Dia datang bersama bebola jiwa
Warna merah menyala
Mula mahu tergoda
Nasib belum ternoda

Lari memecut ta' sampai beberapa milisaat
Mengungsi diri dari kebanjiran yang padat
Nasib kaki ta' tersambat
Dalam kesumat yang mampat


Terselamat

Pantai Berbisik Pedih

Tiba-tiba
Pantai yang tenang itu
Diterjah gelombang yang datang
Tanpa diundang
Berhempas pulas
Membawa sekali segala sarat
Yang tidak berkudrat

Sekelip mata
Indah istana pasir
Hancur lebur
Cair
Meranggas sekali dengan air masin
Langsung tiada meninggalkan sedikit kesan
Berserakan dalam lecak
Yang bersorak

Walaupun
Ia bawa pergi
Hampir semua yang terselirat
Duka yang ta' terobat
Kenangan yang penat
Namun kesan-kesan lepas
Masih jelas kelihatan
Walau seakan kekaburan
Pada pancaindera yang mula tuk bernikmat


15.11.09

Life is really simple, but we insist on making it complicated.

Senang aja..
Lepaskan bila ia perlu pergi
Genggam erat
Tatkala ia ada dalam hati

Ta' perlu pusing
Ta' perlu pening

UN-notis

Perhatian!
Sebelum kamu bisa pergi
Tolong palingkan kesisi
Lihat dan rakam wajah manis persis gula-gula ini

Mmmmmm...
manis...manis...manis

Yang pernah seketika hinggap dihati
Lalu mati
Tanpa sebarang notis.
Tiada lagi


Kembali?
Tidak pasti.

Belum Siap

Tunggu!
Kopi untuk sajian petang ini
Belum lagi dibancuh
Jangan pergi dulu
Sila duduk

Tolong!
Untuk terakhir kali
Biar kita menghabiskan sisa sore kali ini
Dengan sangkir kopi
Walau tiada manis lagi
Biar'in.

Alami dan kalau mampu fahami
Apa yang coba disampaikan oleh angin
Berdesir-desir
Esok mungkin tiada lagi kopi
Dalam cawan berwarna merah hati

Aku belum siap untuk membenci:
Kamu buat kedua kali.

Sinikal

Jangan pernah menjadi mudah
Terima bulat-bulat sajian yang dimuntah
Dan jangan pula menolak ia mentah-mentah
Cuba sekali sekala diratah
Setiap tutur patah
Kemudian diharap membuah
Sebuah yang bernama ilmiah
Untuk mereka-mereka yang mentah
Mengobati hati yang makin parah
Berdarah-darah
Harap semua akan punah
Musnah.

Infiniti

Dari jauh
Terdengar hilai tawa
gurau senda
gembira

Pabila mendekat
Tiada dengar kata
Mata tiada gembira
duka.

Yakin.
Diri itu juga sedih
Turut pedih
Nangis

Kita sama
Infiniti dalam jiwa.
Tiada rasa


Lupa

cinta
cintacinta
cintacintacinta
cintacintacintacinta
cintacintacintacintacintacinta
cintacintacintacintacintacintacintacinta
cintacintacintacintalupacintacintacintacinta
cintacintacintacintacintacintacintacinta
cintacintacintacintacintacinta
cintacintacintacinta
cintacintacinta
cintacinta
cinta

lupa
alpa
sia-sia
tergendala segala cita


rasa








cinta yang sia-sia


12.11.09

Menjadi

Selamat Hari Jadi
Sendiri
Menyendiri
Sepi.

Moga menjadi segala mimpi

3.11.09

Kebelakangan ini..

Kebelakangan ini
Malam-malam ku pikir makin panjang
Tidak sedikitpun terlihat kerdip bintang
Apatah lagi kehadiran seri dewi malam

Ta' bisa lena
Walau berjuta bebiri sudah dihitung
Mata masih membulat
Sedangkan badan semakin penat

Mungkin:
Aku andaikan bahwa ini rindu
Ta' bisa tidur kerna sepi ditepi
Tiada kamu berbaring sekali

Oleh itu,
Aku memasang harap
Walau agak kejam
Kamu juga sama ta' bisa lena
Bagai hilang segala punca

Ta' punya bulan
Malap
Gelap.

Sama persis aku
Disini
Malam ini.

Izinkan (jika bisa)

Izinkan (jika bisa)
Malam nanti sambil angin bertiup
Kala aku mahu lelap
Mata ini dikatup
Moga tiada sosok di balik gelap

Izinkan (jika bisa)
Kau hilang sebelum nyenyak.

Izinkan (jika bisa)

Izinkan (jika bisa)
Pabila bersatu
Antar kita nanti
Jangan terlalu taksub
Dengan ideologi kesempurnaan
Heh..semua itu hanya mimpi.

Izinkan (jika bisa)
Kita hidup biasa-biasa aja
Kekal dalam lingkaran realiti
Bukannya imaginasi